Sunday, August 29, 2010

simpul mati


Sesuatu ikatan yg diakhiri dgn mnggunakan simpul mati pastilah akan sukar dilepaskan. Perlu waktu yg lama utk bisa melepaskan simpul mati. Perlu kesabaran dan kegigihan. Dan sebagian orang mungkin berpikir untuk melepaskan ikatannya secara paksa, atau bahkan dengan cara yang sama sekali mudah dan cepat, yaitu mengguntingnya.
Tetapi pernahkan terpikir, apa konsekuensi dari cara yang dianggap paling mudah dan cepat itu? Masalah selesai, ikatan terlepas..tapi mungkin kamu telah kehilangan satu tali, yang tidak bisa kamu gunakan lagi untuk menjalin ikatan. Karena setiap kali kamu menggunakan cara itu maka tali akan semakin pendek dan pada saatnya tidak berguna lagi.

Andai itu hanyalah sebuah tali. Sekarang, bayangkan jika itu adalah sebuah hati. Hati yang mengikat hati yang lainnya. Dengan simpul mati. Konsekuensi yang tidak main-main. Harus kamu emban sepanjang sisa hidupmu.

Memang ikatannya tidak akan lepas begitu saja, tetapi sulit bukan berarti tidak mungkin. Usaha pantang menyerah pasti akan membuahkan hasil.

Dan hal yang terakhir tapi tidak kalah penting, pernahkah kamu membaca kamus atau artikel istilah tali temali dalam pramuka? Pengertian “simpul mati” adalah, simpul yang digunakan untuk mengikat dua tali yang sama besar dan tidak basah, simpul ini mudah dibuat dan mudah pula dilepaskan.

Sunday, August 1, 2010

at the age

Terkadang kita tak pernah benar-benar tau apa yang orang lain rasakan sampai kita mengalami sendiri hal yang sama.

Orang tua sulit memahami hal yang menjadi kemauan anak-anaknya, begitu pula sebaliknya, anak-anak menganggap orang tua tak mau mengerti apa yang di inginkan anak muda. Apa anak-anak harus menjadi orang tua dulu baru bisa mengerti apa yang orang tua harapkan? jika begitu bukankah orang tua pernah menjadi anak-anak? So, mereka seharusnya mengerti apa yang anak-anaknya inginkan bukan? Well, in fact is not as simple as what you thinking, life change people change.

Hal yang sama juga terjadi dalam dunia kerja, atasan vs bawahan, senior vs junior. Ketika dahulu kita menjadi bawahan, kita pernah merasa sakit hati karena dibentak-bentak di depan orang banyak oleh atasan kita atas kesalahan kita atau bahkan atas sesuatu yang sama sekali bukan hal yang menjadi tanggung jawab kita. Apapun itu penyebab yang sebenarnya, tidak bijaksana seorang atasan memarahi bahkan berteriak sambil membentak-bentak bawahan di depan orang banyak, apalagi di depan umum. Malu, sakit hati, pengen marahin balik ga bisa. Terima saja. Kita tau kita salah, dan sebagai atasan yang baik (menurut kita sebagai bawahan) adalah bukan memarahi di depan umum, tetapi memberi pengertian dan solusi atas permasalahan itu. Setidaknya itulah harapan dari seorang bawahan. My friends used to say: “jim, engke mun jadi officer ulah kitu nya.. “ (Indonesian: “jim (me), nanti klo sudah jadi officer jangan begitu yah..”)

Sekarang pernah kah terpikir oleh kita apa yang diinginkan oleh seorang atasan? Oke! : anak buah penurut, rajin, punya inisiatif, militant, bertanggung jawab dan bisa diandalkan. Dan tentu saja, bukan troublemaker.

Then senior vs junior. Here is the situation I’ve to face lately. As a junior, berharap ada seorang partner, kakak, guru, yang bisa mengayomi, berbagi pengalaman dan jelas lebih bisa diandalkan. Bukan senior yang demotivasi karena sudah berada di comfort zone, apalagi yg bisanya cuma “mbeo” thok’.

Aaand as a (good) senior, harapannya adalah ada seorang penerusnya yang cepat beradaptasi, cepat belajar sehingga nantinya lebih bisa diandalakan, lebih kompeten, tandem untuk saling berbagi dan bertukarpikiran, I guess.

Yahhh! However, apapun peran saya, sekarang atau nanti, pada saatnya, saya hanya ingin menjadi seseorang yang bisa berperan dengan baik dan tidak mengecewakan orang lain.

One thing, seberapabesarpun kita kecewa terhadap orang lain akan perannya, somehow someday mungkin cuma dia yang bisa membantu kita di saat orang lain tidak, so, understand him, help him.